Selasa, 31 Januari 2017

Ratu Salju

 THE SNOW QUEEN 


Hasil gambar untuk gambar the snow queen
    Dikisahkan, para iblis membuat sebuah cermin besar yang dapat merubah kebaikan menjadi keburukan jika melihat cermin itu. Para iblis berencana untuk memasukan cermin itu ke surga dengan membodohi Malaikat dan Tuhan. Tapi ternyata, saat mereka berusaha membawa masuk cermin itu ke surga, cermin itu bergetar hebat dan akhirnya pecah menjadi serpihan-serpihan yang jatuh ke bumi. Apabila serpihan kaca itu terkena mata dan hati manusia, maka hati mereka akan beku seperti es, dan mata mereka akan menjadi seperti cermin itu, yang tidak bisa melihat kebaikan, namun hanya melihat keburukan dari orang lain.
Beberapa tahun kemudian ada seorang anak laki-laki kecil, Kay, dan seorang gadis kecil, Gerda, tinggal bersebelahan di suatu kota besar. Rumah mereka sangat dekat dan mereka memilii kebun bunga tempat bermain bersama. Dan mereka menjadi sangat dekat dan saling menyayangi satu sama lain sebagai teman bermain. Suatu hari, nenek Kay bercerita tentang Ratu Salju kepada mereka. Ratu Salju adalah penguasa dari seluruh salju, dan dia akan terlihat saat sedang turun salju yang lebat. Pada suatu malam di musim dingin, melalui jendela, Kay melihat Ratu Salju di taman bunganya. Ratu itu memberi isyarat pada Kay untuk datang padanya. kay takut dan menutup kembali jendelanya.

    Pada musim semi berikutnya, Gerda belajar menyanyi lagu yang sering dinyanyikannya bersama Kay. "Where the roses deck the flowery vale, there, infant Jesus thee we hail!". Karena bunga mawar telah tumbuh di taman mereka, maka Gerda selalu teringat cintanya pada Kay jika melihat bunga mawar.
Pada musim panas yang cerah itulah, kay terkena serpihan kaca iblis yang pecah saat sedang membaca buku bersama gerda di taman bunga mereka. Sejak saat itu, kepribadian Kay berubah. Ia menjadi dingin, dan kejam. Ia merusak taman bunga mereka, mengolok-ngolok neneknya, dan tidak memperdulikan Gerda lagi, karena baginya semua orang hanya terlihat buruk di matanya. Satu-satunya hal yang indah baginya adalalh kepingan alju kecil yang hanya bisa ia lihat dengankaca pembesar.
Pada musim dingin berikutnya, Kay bermain ski di tempat ia biasa bermain dengan Gerda. Dia bermain terlalu jauh sampai tiba-tiba Ratu Salju mendatanginya dan membawanya pergi. Ratu Salju mencium Kay dua kali. Yang pertama untuk membuat Kay tidak merasa dingin, yang kedua untuk membuat Kay melupakan Gerda dan keluarganya. Ratu Salju membawa Kay ke istananya yang berada di Lapland, dekat kutub utara.

    Sementara itu, orang-orang mengira bahwa Kay telah mati tenggelam di sungai yang dingin.Gerda yang patah hati karena hilangnya Kay, pergi dari rumah untuk mencari Kay. Dia melemparkan sepatu barunya ke sungai untuk bisa dia tukarkan dengan Kay. Tetapi sepatu itu tidak tenggelam, seolah memberitahu gerda bahwa Kay tidak tenggelam di sungai. Kemudian Gerda menemui seorang penyihir tua untuk membantunya menemukan Kay. Namun penyihir itu menginginkan Gerda tinggal dengannya selamanya, sehingga ia membuat Gerda melupakan Kay. Namun, suatu waktu Gerda melihat bunga mawar yang membuatnya ingat kembali pada Kay. Lalu Gerda pun kabur dari rumah penyihir tua itu dan bertemu dengan seekor gagak. Gagak itu memberitahu Gerda bahwa Kay berada dalam istana sang Putri. Gerda pun datang ke istana putri dan bertemu sang putri dengan pangerannya yang mirip dngan kay. Gerda menceritakan kisahnya pada sang putri, kemudian sang putri memberi bantuan dengan memberikan pakaian yang hangat pada Gerda dan pemandu yang baik. Saat melakukan perjalanan, Gerda ditangkap oleh perampok lalu dibawa ke istana perampok itu. Di sana, Gerda bertemu dengan seorang gadis pencuri. Gadis penbcuri itu memiliki seekor merpati yang memberitahu Gerda bahwa dia melihat kay dibawa oleh Ratu Salju ke Lapland. 

    Para tawanan rusa mengatakan bahwa dia tahu bagaimana untuk pergi ke Lapland, karena itu adalah rumah mereka. Kemudian gadis perampok itu membebaskan Gerda dan rusa sehingga mereka bisa pergi ke Lapland ke istana Ratu Salju. Mereka berhenti di rumah wanita Finn. Wanita Finn itu memberitahu rusa rahasia kekuatan yang dimiliki Gerda untuk menyelamatkan Kay ada di dalam hati kecilnya yang tulus. " Aku tidak bisa memberinya kekuatan lebih dari yang sudah ia miliki sekarang.Apa kau tidak bisa melihat betapa hebatnya kekuatan itu? Dia tidak bisa menerima kekuatan dari saya yang lebih besar dari yang dia miliki sekarang, karena kekuatan yang dimilikinya itu terdiri dari kemurnian dan ketulusan hati. Apabila dia tidak berhasil menyingkirkan serpihan kaca dari mata Kay, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya."
Ketika Gerda sampai di istana Ratu Salju, ia diserang oleh kepingan salju yang menjaga istana itu. Satu-satunya hal yang mengalahkan mereka adalah Dengan doa Gerda pada Tuhan sehingga munculah asap yang berbentuk malaikat yang melindunginya dari serpihan salju sehingga ia dapat masuk ke dalam istana.
    Di dalam istana, Gerda melihat Kay yang berada di dekat danau es yang disebut sebagai "The Mirror of Reason", tempat singgasana ratu Salju. kay diberi tugas oleh Ratu salju bahwa ia harus menggunakan potongan-potongan es sebagai komponen dari teka-teki Cina untuk membentuk karakter dan kata-kata. Jika ia mampu membentuk kata "keabadian" (Denmark: Evigheden) Ratu Salju akan melepaskan dia dari kekuasaan dan memberinya sepasang sepatu. Gerda mendatangi Kay dan menangis. Air mata Gerda yang menetes mengenai tubuh Kay, membuatnya terasa hangat dan melelehkan hatinya serta membakar habis serpihan cermin iblis yang ada di dalam hatinya.Kay menangis dan mencabut serpihan kaca dari matanya. Gerda mencium Kay beberapa kali sehingga Kay menjadi ceria dan sehat lagi, matanya kembali berkilau dan pipinya merona merah: ia telah diselamatkan oleh kekuatan kasih Gerda. Kemudian mereka menari mengelilingi danau. serpihan es yang harus dieja Kay tadi terjatuh, dan mereka berusaha untuk mengeja kata "keabadian". Dan mereka berhasil. Bahkan jika Ratu Salju kembali pun, ia wajib untuk membebaskan Kay karena telah berhasil menyelesaikan tugasnya.
Kay dan Gerda kemudian meninggalkan istana Ratu Salju dan kembali ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, tidak ada yang berubah. tetapi mereka telah berubah menjadi dewasa. Dan mereka senang karena yang mereka lihat sekarang adalah musim panas.

Sumber :  https://www.google.com/search?q=gambar+the+snow+queen&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjA7ZLMtezRAhWFqo8KHS8wCFAQ_AUICCgB&biw=1366&bih=610#imgrc=snjuE9Ue2P5QiM%3A

Ratu Salju

THE SNOW QUEEN

 Hasil gambar untuk gambar the snow queen

     Dikisahkan, para iblis membuat sebuah cermin besar yang dapat merubah kebaikan menjadi keburukan jika melihat cermin itu. Para iblis berencana untuk memasukan cermin itu ke surga dengan membodohi Malaikat dan Tuhan. Tapi ternyata, saat mereka berusaha membawa masuk cermin itu ke surga, cermin itu bergetar hebat dan akhirnya pecah menjadi serpihan-serpihan yang jatuh ke bumi. Apabila serpihan kaca itu terkena mata dan hati manusia, maka hati mereka akan beku seperti es, dan mata mereka akan menjadi seperti cermin itu, yang tidak bisa melihat kebaikan, namun hanya melihat keburukan dari orang lain.

     Beberapa tahun kemudian ada seorang anak laki-laki kecil, Kay, dan seorang gadis kecil, Gerda, tinggal bersebelahan di suatu kota besar. Rumah mereka sangat dekat dan mereka memilii kebun bunga tempat bermain bersama. Dan mereka menjadi sangat dekat dan saling menyayangi satu sama lain sebagai teman bermain. Suatu hari, nenek Kay bercerita tentang Ratu Salju kepada mereka. Ratu Salju adalah penguasa dari seluruh salju, dan dia akan terlihat saat sedang turun salju yang lebat. Pada suatu malam di musim dingin, melalui jendela, Kay melihat Ratu Salju di taman bunganya. Ratu itu memberi isyarat pada Kay untuk datang padanya. kay takut dan menutup kembali jendelanya.
Pada musim semi berikutnya, Gerda belajar menyanyi lagu yang sering dinyanyikannya bersama Kay. "Where the roses deck the flowery vale, there, infant Jesus thee we hail!". Karena bunga mawar telah tumbuh di taman mereka, maka Gerda selalu teringat cintanya pada Kay jika melihat bunga mawar.


     Pada musim panas yang cerah itulah, kay terkena serpihan kaca iblis yang pecah saat sedang membaca buku bersama gerda di taman bunga mereka. Sejak saat itu, kepribadian Kay berubah. Ia menjadi dingin, dan kejam. Ia merusak taman bunga mereka, mengolok-ngolok neneknya, dan tidak memperdulikan Gerda lagi, karena baginya semua orang hanya terlihat buruk di matanya. Satu-satunya hal yang indah baginya adalalh kepingan alju kecil yang hanya bisa ia lihat dengankaca pembesar.
Pada musim dingin berikutnya, Kay bermain ski di tempat ia biasa bermain dengan Gerda. Dia bermain terlalu jauh sampai tiba-tiba Ratu Salju mendatanginya dan membawanya pergi. Ratu Salju mencium Kay dua kali. Yang pertama untuk membuat Kay tidak merasa dingin, yang kedua untuk membuat Kay melupakan Gerda dan keluarganya. Ratu Salju membawa Kay ke istananya yang berada di Lapland, dekat kutub utara.
Sementara itu, orang-orang mengira bahwa 


    Kay telah mati tenggelam di sungai yang dingin.Gerda yang patah hati karena hilangnya Kay, pergi dari rumah untuk mencari Kay. Dia melemparkan sepatu barunya ke sungai untuk bisa dia tukarkan dengan Kay. Tetapi sepatu itu tidak tenggelam, seolah memberitahu gerda bahwa Kay tidak tenggelam di sungai. Kemudian Gerda menemui seorang penyihir tua untuk membantunya menemukan Kay. Namun penyihir itu menginginkan Gerda tinggal dengannya selamanya, sehingga ia membuat Gerda melupakan Kay. Namun, suatu waktu Gerda melihat bunga mawar yang membuatnya ingat kembali pada Kay. Lalu Gerda pun kabur dari rumah penyihir tua itu dan bertemu dengan seekor gagak. Gagak itu memberitahu Gerda bahwa Kay berada dalam istana sang Putri. Gerda pun datang ke istana putri dan bertemu sang putri dengan pangerannya yang mirip dngan kay. Gerda menceritakan kisahnya pada sang putri, kemudian sang putri memberi bantuan dengan memberikan pakaian yang hangat pada Gerda dan pemandu yang baik. Saat melakukan perjalanan, Gerda ditangkap oleh perampok lalu dibawa ke istana perampok itu. Di sana, Gerda bertemu dengan seorang gadis pencuri. Gadis penbcuri itu memiliki seekor merpati yang memberitahu Gerda bahwa dia melihat kay dibawa oleh Ratu Salju ke Lapland. 

    Para tawanan rusa mengatakan bahwa dia tahu bagaimana untuk pergi ke Lapland, karena itu adalah rumah mereka. Kemudian gadis perampok itu membebaskan Gerda dan rusa sehingga mereka bisa pergi ke Lapland ke istana Ratu Salju. Mereka berhenti di rumah wanita Finn. Wanita Finn itu memberitahu rusa rahasia kekuatan yang dimiliki Gerda untuk menyelamatkan Kay ada di dalam hati kecilnya yang tulus. " Aku tidak bisa memberinya kekuatan lebih dari yang sudah ia miliki sekarang.Apa kau tidak bisa melihat betapa hebatnya kekuatan itu? Dia tidak bisa menerima kekuatan dari saya yang lebih besar dari yang dia miliki sekarang, karena kekuatan yang dimilikinya itu terdiri dari kemurnian dan ketulusan hati. Apabila dia tidak berhasil menyingkirkan serpihan kaca dari mata Kay, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya."
Ketika Gerda sampai di istana Ratu Salju, ia diserang oleh kepingan salju yang menjaga istana itu. Satu-satunya hal yang mengalahkan mereka adalah Dengan doa Gerda pada Tuhan sehingga munculah asap yang berbentuk malaikat yang melindunginya dari serpihan salju sehingga ia dapat masuk ke dalam istana.


     Di dalam istana, Gerda melihat Kay yang berada di dekat danau es yang disebut sebagai "The Mirror of Reason", tempat singgasana ratu Salju. kay diberi tugas oleh Ratu salju bahwa ia harus menggunakan potongan-potongan es sebagai komponen dari teka-teki Cina untuk membentuk karakter dan kata-kata. Jika ia mampu membentuk kata "keabadian" (Denmark: Evigheden) Ratu Salju akan melepaskan dia dari kekuasaan dan memberinya sepasang sepatu. Gerda mendatangi Kay dan menangis. Air mata Gerda yang menetes mengenai tubuh Kay, membuatnya terasa hangat dan melelehkan hatinya serta membakar habis serpihan cermin iblis yang ada di dalam hatinya.Kay menangis dan mencabut serpihan kaca dari matanya. Gerda mencium Kay beberapa kali sehingga Kay menjadi ceria dan sehat lagi, matanya kembali berkilau dan pipinya merona merah: ia telah diselamatkan oleh kekuatan kasih Gerda. Kemudian mereka menari mengelilingi danau. serpihan es yang harus dieja Kay tadi terjatuh, dan mereka berusaha untuk mengeja kata "keabadian". Dan mereka berhasil. Bahkan jika Ratu Salju kembali pun, ia wajib untuk membebaskan Kay karena telah berhasil menyelesaikan tugasnya.
     

    Kay dan Gerda kemudian meninggalkan istana Ratu Salju dan kembali ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, tidak ada yang berubah. tetapi mereka telah berubah menjadi dewasa. Dan mereka senang karena yang mereka lihat sekarang adalah musim panas.

Sumber :  http://ayuaprilya.blogspot.co.id/2011/09/snow-queen.html

Ahli Perbintangan

Ahli Perbintangan


Ahli perbintangan memandangi bintang-bintang di langit malam 


    Dahulu kala hiduplah seorang tua yang dipercaya bisa meramal masa depan dengan melihat susunan bintang-bintang di langit. Dia menyebut dirinya sebagai seorang ahli perbintangan (astrologer) dan menghabiskan waktunya setiap malam dengan memandangi langit.
Suatu malam saat dia berjalan di sebuah jalan di pinggiran desa. Matanya menerawang memandangi bintang di atas langit. Dia mulai memperkirakan dan meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan dari susunan bintang yang dilihatnya, dan saat itu juga tiba-tiba dia jatuh terperosok ke dalam lubang yang berisikan lumpur dan air.
Di lubang tersebut, sang Ahli Perbintangan tenggelam oleh lumpur sampai sebatas telinganya, dan dengan panik Dia berusaha untuk menggapai pinggiran lubang agar dapat memanjat keluar.
Dia lalu berteriak-teriak minta tolong dalam keadaan panik dan dalam waktu yang singkat orang-orang desa berlarian untuk datang menolong dan menariknya keluar dari lubang. Salah seorang diantaranya lalu berkata:
"Kamu selalu berpura-pura bisa membaca masa depan dengan melihat bintang-bintang, tapi kamu gagal untuk melihat apa yang ada di bawah kakimu! Mungkin kejadian hari ini akan menjadi pelajaran agar kamu lebih memperhatikan apa yang ada di depanmu, dan membiarkan masa depan berjalan dengan sendirinya."
"Apa gunanya dapat membaca bintang-bintang," kata yang lainnya, "apabila kamu sendiri tidak bisa melihat apa yang terjadi di dunia?"
Urus dan perhatikanlah hal-hal yang kecil, sehingga dengan sendirinya hal-hal yang besar juga akan berjalan dengan baik.

Tahukah Kamu?
 
Mengapa langit berwarna biru?
Atmosfir bumi mengandung molekul gas kecil dan partikel (butiran) debu. Sinar matahari yang memasuki atmosfir tersebut bertemu dengan molekul gas dan partikel debu tadi. Warna sinar yang memiliki gelombang sinar lebih panjang seperti merah dan kuning, dapat melewati dan....

Mata Lalat Menginspirasi Kamera Pendeteksi Gerak
Tangkap lalat dan letakkan matanya di bawah mikroskop. Struktur matanya menjadi inspirasi para ilmuwan untuk mengembangkan kamera video pendeteksi gerakan, sistem detektor target untuk peralatan militer, maupun radar.Sebab, mata seekor lalat diketahui mampu....

Mengapa Kita Mengantuk Sesudah Makan Siang?
Jam-jam setelah makan siang, biasanya adalah masa-masa yang paling susah dilewati. Walaupun malam sebelumnya kita sudah cukup tidur, tetap saja kita merasa mengantuk. Ada dua hal yang menyebabkan kita merasa ingin tidur siang1. L-TryptophanL-Tryptophan....


Sumber :  http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Ahli-Perbintangan-68

Anak Gembala dan Serigala

Anak Gembala dan Serigala

   Dahulu kala di sebuah desa hiduplah seorang anak gembala yang setiap hari kerjanya sibuk mengembalakan domba-domba milik orang tuanya. Setiap pagi dia harus membawa domba-dombanya itu ke tengah-tengah padang rumput untuk makan. Sambil menunggu domba-dombanya makan, anak gembala itu duduk di bawah pohon untuk berteduh karena udara siang yang sangat panas. Terkadang bocah gembala itu duduk meniup seruling atau hanya sekedar bermalas-malasan sambil menunggu dombanya selesai makan. Suatu hari, ketika anak gembala itu sedang duduk di bawah sebuah pohon yang rindang, tiba-tiba ia merasa bosan dan jenuh. Anak gembala itu berpikir “Alangkah menyenangkannya jika aku tak perlu lagi menggembalakan domba-domba ini. Aku dapat bermain sepanjang hari,” katanya dalam hati. Ketika sedang asyik melamun, tiba-tiba anak gembala itu mendapat ide untuk mempermainkan orang-orang di desa. Dia pun segera berteriak, “Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg!”
   Mendengar teriakan itu, bergegaslah seluruh penduduk desa untuk segera menolong anak gembala itu. Mereka berlari sambil membawa alat-alat seadanya untuk mengusir kawanan serigala yang akan menyerang bocah gembala itu. Ketika mereka tiba dan menemui anak gembala itu, mereka pun merasa bingung karena tidak mendapati serigala disana. Salah seorang diantara penduduk desa itu lalu bertanya kepada bocah gembala “Di mana serigala itu?, kami tidak melihatnya.” Anak gembala pun tertawa keras, “Ha, Ha, Ha! Kalian semua telah tertipu, aku hanya ingin mempermainkan kalian semua” katanya sambil tertawa-tawa. Seluruh penduduk desa menjadi marah kepadanya. Merekapun kembali ke desa sambil bersungut-sungut. Sedangkan anak gembala itu kembali melanjutkan menggembalakan domba-dombanya sambil tertawa riang.
Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian itu. Anak gembala yang nakal itu memutuskan untuk mempermainkan kembali penduduk desa setempat. Dengan penuh semangat dia membawa domba-dombanya ke tengah padang kemudian dia pergi ke ujung bukit terdekat dengan desa lalu sekali lagi ia berteriak, “Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg! Ada Serigala!” serunya sambil menaha tawa. Mendengar jeritan itu, sekali lagi warga desa bergegas lari ke atas bukit untuk membantu anak gembala itu. Ketika mereka tiba di padang, mereka sangat murka melihat anak gembala itu sedang tertawa sambil berguling-guling di tanah. Sadarlah mereka kalau mereka telah tertipu untuk kedua kalinya. Mereka pun bergegas untuk pulang dan bertekad tidak akan kena tipu untuk ketiga kalinya.
   Keesokan harinya, pagi-pagi sekali anak gembala itu pergi ke kandang untuk membawa kembali domba-dombanya tengah padang rumput untuk makan agar mereka dapat makan. Setelah tiba di padang rumput, anak gembala itu duduk di bawah pohon yang rindang untuk beristirahat. Karena udara yang sejuk disertai angin sepoi-sepoi, merasa mengantuklah anak gembala itu, lalu tertidur.
Di kejauhan, tampaklan sekawanan serigala yang sedang berjalan menuju ke tengah padang tempat kawanan domba sedang makan dan beristirahat. Serigala yang lapar itu segera menyerang seekor domba yang sedang makan rumput. Kejadian ini membuat kawanan domba segera berlari tak menentu untuk menyelamatkan diri dari terkaman serigala-serigala buas. Karena suara gaduh domba, terbangunlah anak gembala itu lalu terkejut karena melihat sekawanan serigala sedang mengejar domba-dombanya yang berlari ketakutan. Kemudian dia segera menjerit untuk meminta pertolongan “Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg! Ada Serigala!” jeritnya. Tetapi tidak ada seorangpun yang datang untuk menolongnya. Anak gembala itupun segera berlari menuju desa sambil terus berteriak, “Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg! Ada Serigala!” jeritnya sambil terengah-engah.
 Penduduk desa yang mendengar teriakan itu tertawa, mereka pikir pastilah semua hanya akal-akalan anak gembala saja untuk mempermainkan mereka kembali. Ketika anak gembala itu tiba di desa, dia pun berkata, “Ada sekawanan serigala telah menyerang domba-dombaku di padang. Dulu aku memang telah berbohong kepada kalian, tetapi kali ini memang benar terjadi!” katanya dengan wajah ketakutan.
Melihat keseriusannya, akhirnya para penduduk desa memutuskan untuk pergi ke padang dan menyelamatkan kawanan domba milik anak gembala tadi. Sesampainya mereka di padang, mereka melihat sekawanan serigala sedang berpesta karena berhasil menangkap seekor domba. Segera mereka mengusir serigala-serigala itu dengan peralatan seadanya yang mereka bawa.
Pesan moral dari cerita ini, berhati-hatilah didalam pergaulan hidup ini, ada peluang untuk berbuat yang tidak baik untuk mencapai keinginan kita, salah satunya adalah degan berbohong. Apabila kebohongan seorang pendusta terungkap, sulit rasanya bagi orang lain mempercayainya lagi. Sekalipun apa yang dikatakan pendusta itu adalah sebuah kebenaran.
 
Sumber : http://dongeng1001cerita.blogspot.co.id/2012/12/anak-gembala-dan-serigala.html

Putri Kaguya

Putri Kaguya 

    Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang kakek dan nenek yang miskin. Mereka hanya hidup berdua dan tidak mempunyai seorang anak pun. Pekerjaan sehari-hari mereka adalah membuat keranjang dari bambu. Karena itu hampir setiap hari kakek pergi ke hutan untuk memotong beberapa batang bambu. Bambu itu kemudian dibelah untuk dijadikan bahan pembuat keranjang.
 
Suatu hari sang kakek sedang pergi ke hutan bambu untuk memotong bambu. Saat ia memilih-milih bambu, tiba-tiba ia melihat sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Pohon bambu tersebut seakan-akan meminta kakek agar segera menebangnya. Kakek pun memotong pohon bambu itu.
 Betapa terkejut hatinya setelah memotong sebuah bambu karena dari dalamnya muncul sinar keemasan. “Apa ini ya?” tanya kakek dalam hati. Lalu didekatinya batang bambu yang mengeluarkan sinar keemasan itu. Ternyata dari dalam batang bambu tersebut terdapat seorang bayi perempuan yang mungil. Dengan gembira kakek membawa bayi itu pulang ke rumah. Kakek dan nenek merawat bayi perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Mereka menamakannya Kaguya.
Sejak saat itu setiap kali kakek ke hutan untuk memotong bambu, ia selalu menemukan sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Setelah dipotongnya ternyata batang bambu tersebut berisi uang emas. Dengan uang emas itu mereka tidak perlu lagi bekerja keras. Mereka hidup berkecukupan dalam membesarkan putri mereka.
 Kaguya tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Rambutnya hitam bersinar, kulitnya kuning keemasan, dan wajahnya pun seakan-akan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata. Berita tentang kecantikannya tersiar ke seluruh penjuru negeri. Setiap hari datang berbagai macam pria yang ingin meminangnya. Tetapi sang putri selalu menolaknya. Suatu hari datanglah lima orang yang ingin meminang sang putri. Sang putri memberikan lima buah syarat yang sangat berat kepada mereka.
Pria pertama bertugas mencarikan mangkuk asli sang Budha yang dapat mengeluarkan cahaya kemilauan. Pria kedua bertugas mencarikan bunga Azaela emas dan perak seperti dalam legenda. Pria ketiga bertugas mencarikan tikus api dari China. Pria keempat bertugas mencarikan permata naga yang berwarna-warni. Sedangkan pria kelima bertugas mencarikan kerang laut burung walet.
Namun setelah ditunggu beberapa waktu lamanya, kelima pria itu datang dengan membawa benda-benda palsu semua. Pria pertama membawa mangkuk biasa yang tidak mengeluarkan sinar sama sekali. Pria kedua datang dengan membawa tanaman bunga Azaela dengan sepuhan emas dan perak. Pria ketiga membawakan tikus-tikus yang bulunya diwarna dengan pewarna merah. Pria keempat membawakan batu permata biasa. Sedangkan pria kelima juga hanya membawakan kerang yang ia temukan di pantai. Akhirnya kelima pria itu tidak satupun yang berhasil meminang sang putri. Mereka pulang ke negerinya masing-masing dengan kecewa.
 Suatu hari di musim gugur, dengan mata berkaca-kaca sang putri menatap cahaya bulan di langit.
“Putriku, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya kakek dan nenek dengan khawatir.
“Kakek, Nenek, saat ini saya sedang sedih. Saya sebenarnya berasal dari negeri Bulan. Tanggal 15 bulan ini saya akan dijemput untuk kembali pulang ke negeri saya” kata sang putri dengan berlinang air mata.
Mendengar penjelasan sang putri, betapa sedih hati kakek dan nenek. Mereka tidak ingin kehilangan putrinya. Maka mereka melaporkan kepada penguasa daerah setempat agar mengirimkan pasukannya untuk menjaga sang putri.
Akhirnya, pada tanggal 15, ketika bulan sedang bersinar dengan terang, rumah sang putri dijaga oleh berpuluh-puluh samurai yang bersenjatakan panah dan tombak. Mereka berdiri di atap rumah dan sekeliling rumah sang putri. Ketika tepat tengah malam, tiba-tiba dari arah bulan purnama muncullah sebuah kereta yang bersinar terang. Saat pasukan panah sedang bersiap-siap mengarahkan anak panahnya ke atas, tiba-tiba cahaya menyilaukan terpancar dari kereta tersebut. Mata para samurai tidak bisa melihat dengan jelas. Pada saat itu seorang putri dari kereta tersebut turun dan menjemput Putri Kaguya dari dalam rumah.
Sebelum meninggalkan kakek dan neneknya, sang putri berpesan, “Kakek, Nenek! Jagalah kesehatan kalian. Terima kasih banyak atas kasih sayang kalian selama ini. Aku akan selalu merindukan kalian. Selamat tinggal!” 
Putri Kaguya pun akhirnya terbang ke angkasa tanpa dapat dihalangi lagi. Kakek dan nenek sangat sedih melihat putri mereka satu-satunya meninggalkannya.
 
Sumber : http://dongeng1001cerita.blogspot.co.id/2012/12/putri-kaguya.html

Putri Thumbelina

PUTRI THUMBELINA ( Hans Christian Andersen )

Pada jaman dahulu ka;a ada seorang wanita yang ingin memiliki seorang anak, tapi ia tidak tahu kemana untuk mendapatkannya. maka, suatu hari ia pergi ke rumah seorang penyihir dan berkata "aku mendambakan anak yang kecil mungil. dapatkah kau memberitahuku kemana aku mendapatkannya?" Oh, sekarang juga kita bisa memilikinya!" jawab si penyihir itu. "Ini, ambillah barleycorn ini. Dapat kukatakan padamu bahwa ini bukan jenis barleycorn yang ditaburkan seorang petani di sawahnya atau untuk memberi makan ayam-ayam jantan dan betina. Taruhlah ia dalam pot bunga dan kemudian kau akan tahu apa yang akan terjadi."


"Oh, terima kasih," kata si wanita dan memberikan dua belas sen kepada si penyihir, karena sebanyak itulah harga barleycorn itu. Kemudian ia pulang ke rumah dan menanamnya. Tak lama kemudian biji tersebut tumbuh sekuntum bunga yang besar dan indah yang kelihatan seperi bunga tulip, tapi kelopak-kelopaknya tertutup rapat sekali seolah-olah ia masih kuncup saja.
"Betapa indahnya bunga ini!" seru wanita itu, dan ia mencium kelopak-kelopak yang berwarna merah dan kuning tersebut. Saat ia mencium kelopak-kelopak tersebut bunga itu terbuka. Ia benar-benar bunga tulip, jenis yang biasa kita lihat, tapi di tengah-tengah bunga itu, pada kelopak-kelopaknya yang lembut dan seperti beludru, duduk seorang anak perempuan kecil mungil, yang lembut dan cantik. Besar tubuhnya tak lebih dari sebuah ibu jari, maka wanita tersebut dan suaminya menyebutnya Thumbelina.

Cangkang kenari yang dipelitur mengkilap berfungsi sebagai ayunan buat Thumbelina, kelopak-kelopak biru bunga violet sebagai kasurnya dan sebuah kelopak mawar sebagai selimutnya. Di sanalah ia tidur di malam hari, tapi di siang hari ia biasa bermain-main di atas meja. Di sini wanita itu menaruh sebuah mangkok, yang dikelilingi lingkaran bunga-bunga, tangkainya masuk dalam air, di mana mengambang sebuah kelopak tulip yang besar. Di kelopak inilah, Thumbelina duduk dan berlayar dari satu sisi mangkok ke sisi lainnya, mendayung dirinya sendiri dengan dua helai bulu kuda berwarna putih sebagai dayungnya. Sungguh pemandangan yang sangat menyenangkan. Ia juga menyanyi, dengan suaranya yang lebih lembut dan manis daripada yang pernah terdengar sebelumnya.
Suatu malam, ketika ia sedang berbaring di tempat tidurnya yang cantik, seekor Kodok tua merangkak masuk lewat sebuah kaca jendela yang pecah. Ia kelihatan sangat jelek dan wagu, dan ia melompat ke atas meja di mana Thumbelina terbaring tidur di bawah selimut kelopak mawar merah.
"Ia akan menjadi seorang isteri yang cantik bagi anakku," kata si Kodok. Setelah membawa cangkang kenari dengan Thumbelina di dalamnya, si Kodok melompat keluar dengan membawa cangkang tersebut melalui jendela menuju kebun.
Di sini mengalir sebuah sungai yang besar dan lebar, dengan tanggul-tanggul yang licin dan bersemak-semak, di mana si Kodok hidup bersama anak laki-lakinya. Huh, betapa wagu dan jeleknya ia, persis seperti ibunya!
"Kroak, kroak, kroak!" itulah semua yang dapat ia katakan begitu melihat gadis kecil yang cantik tidur dalam cangkang kenari tersebut.
"Jangan berbicara terlalu keras, itu bisa membangunkannya," kata si Kodok tua. "Ia bisa meloloskan diri dari kita sekarang juga. Tubuhnya seringan bulu. Kita harus menempatkannya pada sebuah daun lili yang luas di sungai itu. Ia begitu kecil dan ringan sehingga daun itu akan seperti sebuah pulau baginya. Di sana ia tak akan bisa melarikan diri dari kita, sementara kita akan mempersiapkan ruang tamu di bawah semak-semak di mana ia akan tinggal."
Tumbuh di sungai itu banyak sekali bunga lili air dengan daun-daunnya yang luas dan berwarna hijau yang kelihatan seolah-olah sedang mengambang di atas air. Daun yang paling jauh adalah daun yang terbesar, dan menujuk daun yang terbesar inilah si Kodok berenang dengan Thumbelina dalam cangkang kenarinya.
Thumbelina yang mungil itu bangun sangat awal di pagi hari, dan begitu melihat di mana ia berada ia mulai menangis keras sekali. Pada setiap tepi daun lili adalah air dan ia tidak dapat kembali ke darat.
Si Kodok tua ada di bawah semak-semak, sedang menghias kamarnya dengan berbagai kercut dan kelopak-kelopak marigold berwarna kuning untuk membuatnya meriah bagi menantu perempuan barunya. Setelah selesai ia berenang keluar dengan anak laki-lakinya yang bertampang jelek menuju ke daun di mana Thumbelina berada. Ia ingin mengambil ayunan yang cantik ke kamar sebelum Thumbelina sendiri pergi ke sana. Si Kodok tua membungkuk rendah dalam air di depannya, dan berkata, "Inilah puteraku. Kau akan menikah dengannya dan kalian berdua akan hidup dalam kemewahan di bawah semak-semak itu."
"Kroak, kroak, kroak!" itulah semua yang dapat diucapkan anak kodok tersebut. Kemudian mereka mengambil dan membawa ayunan kecil yang rapi tersebut dan berenang pergi. Thumbelina duduk sendirian di atas daun hijau yang besar itu dan menangis, karena ia tak ingin hidup bersama si Kodok atau menikah dengan anak laki-lakinya yang jelek itu.
Ikan-ikan kecil yang bereneng-renang di bawah air telah melihat si Kodok dengan sangat jelasnya dan mendengar apa yang ia katakan. Mereka menaikkan kepala mereka di atas air untuk melihat si Thumbelina dan berpendapat bahwa ia begitu cantik maka mereka merasa tak rela bila ia akan hidup bersama si Kodok yang jelek itu. Tidak, ini tidak boleh terjadi, itulah keputusan mereka. Maka mereka berkumpul dalam air di sekitar tangkai hijau yang menopang daun di mana anak perempuan yang kecil mungil itu sedang duduk dan menggigit tangkai itu menjadi dua. Daun itu mengambang pergi mengikuti arus sungai, dengan membawa Thumbelina jauh hingga tak dapat dijangkau si Kodok.
Ia terus berlayar melewati beberapa negara, dan burung-burung yang duduk di semak-semak melihatnya dan menyanyi, "Betapa cantiknya gadis itu!" Daun itu terus mengambang pergi semakin jauh. Dengan demikian Thumbelina meninggalkan tanah kelahirannya sendiri.
Seekor Kupu-kupu putih kecil nan cantik berkedik-kedip di atasnya dan akhirnya hinggap pada daun itu. Thumbelina mempersilahkannya dan ia juga juga merasa senang. Sekarang si Kodok tidak dapat menjangkaunya, dan segala sesuatu begitu indah ke mana saja ia berlayar. Matahari bersinar di atas air dan membuatnya berkeliauan seperti perak yang paling cemerlang. Ia melepaskan pita pinggangnya dan mengikatkan salah satu ujungnya pada tubuh si Kupu-kupu; ujung lainnya ia ikatankan pada daun itu, sehingga si Kupu-kupu meluncur bersama si Thumbelina lebih cepat daripada sebelumnya.
Segera setelah itu, seekor kumbang besar datang terbang melintas. Ia melihat Thumbelina dan dalam waktu singkat telah mencekeramkan kaki-kakinya di sekitar pinggangnya yang ramping dan terbang pergi bersamanya ke sebuah pohon. Si daun hijau terus mengambang pergi bersama dengan si Kupu-kupu, karena Thumbelina telah mengikatnya pada daun itu dan tidak bisa melepaskan ikatan itu. Betapa takutnya si Thumbelina ketika si Kumbang terbang bersamanya ke pohon itu! Dan khususnya ia sangat sedih mengingat si Kupu-kupu putih nan indah itu karena ia telah mengikatnya pada daun itu. Jika ia tidak bisa lepas ia bisa mati karena kelaparan.
Tapi si Kumbang tidak merasa harus memperdulikan nasib si Kupu-kupu. Ia duduk bersama Thumbelina pada sebuah daun besar berwarna hijau, memberinya madu yang berasal dari bunga-bunga untuk dimakan dan mengatakan kepadanya bahwa ia sangat cantik, meskipun ia sama sekali tidak tidak seperti seekor kumbang. Kemudian, semua kumbang lainnya yang hidup di pohon yang sama datang berkunjung. Mereka meneliti Thumbelina dengan teliti, dan berkata, "Mengapa, ia hanya memiliki dua buah kaki! Betapa menjijikkan!"
"Ia tidak punya tanduk perasa!" teriak kumbang lainnya.
"Betapa jeleknya ia!" kata semua kumbang betina -- meskipun sesungguhnya Thumbelina sangat cantik.
Si Kumbang yang telah mencurinya sangat tahu hal ini. Tapi ketika ia mendengar semua kumbang betina berkata bahwa Thumbelina jelek, ia juga mulai berpikir demikian dan memutuskan untuk tidak menahannya. Ia dapat pergi ke mana saja ia suka. Maka ia terbang turun bersamanya dan meletakkannya di atas sebuah bunga aster. Di sana ia duduk dan menangis, dengan mengira bahwa dirinya pasti bertampang jelek, karena si Kumbang tidak melakukan apa-apa dengannya. Namun ia adalah makhluk paling cantik yang tak dapat dibayangkan, begitu lembut dan halus, seperti kelopak mawar yang paling indah.
Selama musim panas penuh si Thumbelina yang malang hidup sendirian di hutan yang lebat. Ia menganyam sebuah tempat tidur bagi dirinya sendiri terbuat dari daun-daun rumput dan menggantungnya ke atas di bawah sebuah daun semanggi sehingga ia terlindung dari hujan. Ia mengumpulkan madu dari bunga-bunga untuk manakan dan minum embun pada daun-daun setiap pagi. Demikianlah musim panas dan musim gugur berlalu. Tapi kemudian datanglah musim dingin -- musim dingin yang panjang dan sangat dingin. Semua burung yang menyanyi begitu merdu tentang dirinya telah terbang jauh. Daun-daun telah berguguran dari pohonnya, dan bunga-bunga mati semuanya. Daun semanggi yang besar di bawahnya ia tinggal telah melekuk dan tak ada yang tersisa kecuali tangkainya yang layu. Ia sangat kedinginan, karena pakaiannya telah rusak dan dirinya sendiri begitu kecil dan kurus. Si Thumbelina yang malang pasti akan mati membeku dengan segera. Salju mulai turun, dan setiap kepingan salju yang menimpa padanya seperti satu sekop penuh, karena ia hanya setinggi satu inci. Ia membungkus dirinya dengan sebuah daun kering, tapi karena daun itu robek tengahnya, ia tak merasa hangat sama sekali. Ia menggigil kedinginan.
Sekarang, tepat di luar hutan di mana ia hidup terhampar sebidang sawah yang luas. Padinya telah dipanen lama sebelumnya. Yang tertinggal hanyalah tunggul jerami kering dan gundul yang berdiri di tanah yang beku. Ini menjadikan sebuah hutan baginya untuk berkeliaran di dalamnya. Tiba-tiba ia bertemu pintu seekor Tikus Sawah, yang mempunyai sebuah lubang kecil di bawah sebuah bukit kecil. Di sana si Tikus hidup dengan hangat dan nyaman, dengan sebuah ruang gudang penuh dengan butir-butiran padi, sebuah dapur dan kamar makan yang mewah. Thumbelina kecil yang malang itu naik ke pintu itu dan memohon sepotong kecil gandum, karena ia sudah dua hari tidak makan sama sekali.
"Makhluk kecil yang malang!" kata si Tikus Sawah, karena ia seekor tikus tua yang baik hati. "Masuklah kedalam kamarku yang hangat dan makan bersamaku." Karena Thumbelina menyenangkan hatinya, ia berkata, "Menurutku sebaiknya kau bisa tinggal di sini selama musim dingin bersamaku. Kau harus menjaga kamarku tetap bersih dan rapi dan mengatakan kepadaku berbagai cerita, karena aku sangat menyukainya." Dan Thumbelina melakukan semua yang diminta si Tikus Sawah dan juga mengerjakannya dengan sangat baik.
"Aku sedang mengharapkan seseorang yang akan berkunjung ke sini malam ini," kata si Tikus Sawah. "Tetanggaku datang menjengukku sekali seminggu. Ia berada dalam lingkungan-lingkungan yang lebih baik daripada aku, memiliki kamar-kamar yang besar dan mengenakan jaket beludru hitam yang baik. Jika saja kau bisa menikah dengannya, kau akan hidup sejahtera, meskipun ia buta. Kau harus menceritakan kepada semua cerita yang terbagus yang kau ketahui."
Tapi Thumbelina tidak memusingkan kepalanya dengan memikirkan tentangnya, karena ia hanyalah seekor tikus Mondok. Ia datang berkunjung mengenakan jaket beludru hitamnya.
"Ia begitu kaya dan pandai," kata si Tikus Sawah kepadanya. "Rumahnya duapuluh kali lebih besar daripada rumahku. Ia mempunyai pengetahuan yang luas, tapi tidak tahan terhadap matahari dan bunga-bunga yang cantik dan selalu tidak suka membicarakan matahari dan bunga, karena ia belum pernah melihatnya."
Thumbelina harus menyanyi untuknya, maka ia menyanyi "Burung betina, burung betina, terbanglah pulang!" dan lagu-lagu lainnya dengan begitu merdu sehingga si Tikus Mondok jatuh cinta kepadanya. Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia adalah tikus yang sangat berhati-hati. Sesaat sebelumnya, ia telah menggali lorong panjang di bawah tanah dari rumahnya sendiri ke rumah tetangganya. Ia mengijinkan si Tikus Sawah dan Thumbelina untuk berjalan dalam lorong ini sesering mereka suka, tapi memohon mereka untuk tidak takut terhadap Burung yang mati yang tergeletak di lorong tersebut. Ini adalah burung sungguhan dengan paruh dan bulu-bulu dan pasti telah mati waktu yang lama. Sekarang ia terkubur persis di mana si Tikus Mondok membuat lorongnya.
Satu hari si Tikus Mondok itu mengajak Thumbelina dan si Tikus Sawah memasuki lorong itu. Ia mengambil sepotong kayu di mulutnya, karena kayu itu menyala dalam kegelapan, dan pergi di depan mereka, menerangi jalannya melalui lorong gelap yang panjang. Ketika mereka sampai ke tempat di mana tergeletak si Burung yang mati, si Tikus Mondok menempelkan hidungnya yang besar pada langit-langit dan mendorong sebuah lobang ke atas hingga tembus sehingga sinar matahari dapat masuk kedalam. Di tengah-tengah jalan itu tergeletak seekor Burung layang-layang yang mati, kedua sayapnya yang cantik tertekan rapat ke kedua sisi tubuhnya, cakarnya dan kepalanya tertarik di bawah bulu-bulunya; si Burung yang malang itu pasti telah mati karena kedinginan.
Thumbelina sangat sedih, karena ia sangat senang dengan semua burung kecil. Burung-burung kecil itu menyanyi dan berkicau begitu indah baginya sepanjang musim panas. Tapi si Tikus Mondok menendang Burung itu dengan kaki-kakinya yang bengkok dan berkata, "Sekarang ia tak bisa nyanyi lagi! Pasti mengenaskan menjadi seekor burung kecil! Aku sangat bersyukur bahwa anak-anakku tidak ada yang menjadi burung kecil. Burung-burung selalu kelaparan di musim dingin."
"Ya, kau berbicara seperti orang yang bijaksana," kata si Tikus Sawah. "Apa yang dimiliki seekor burung, kecuali hanya bisa menyanyi, di waktu musim semi? Ia hanya bisa kelaparan dan membeku, dan harus kukatakan bahwa itu pasti sangat tak menyenangkan baginya!"
Thumbelina tidak berkata apa-apa. Begitu kedua ekor tikus itu berlalu, ia membungkuk ke Burung itu, merapikan bulu-bulunya dari kepalanya dan mencium kedua matanya yang tertutup dengan lembut. "Mungkin ia bersi menyanyi untukku di musim panas," katanya. "Betapa senangnya ia menyanyi untukku, hai si Burung kecil!"
Si Tikus Mondok menutup lobang yang bisa dilewati sinar dan kemudian mengantarkan kedua wanita itu pulang. Tapi Thumbelina tidak bisa tidur malam itu. Ia bangun dari tempat tidur dan menenun selimut besar dari jerami dan membawanya pergi dan menutupkannya pada Burung yang mati itu. Ia menumpukkannya menghadap ke bawah selembut wool katun, yang ia temukan di kamar Tikus Sawah tersebut, sehingga si burung kecil yang malang tersebut harus terbaring terkubur dengan hangat.
"Selamat jalan, Burung kecil yang cantik!" katanya. "Selamat berpisah, dan terima kasih karena lagu-lagumu yang merdu di musim panas, ketika pepohonan tumbuh hijau dan matahari bersinar hangat pada tubuh kita!" Kemudian ia meletakkan kepalanya pada dada Burung itu. Tapi si Burung tidak mati. Ia telah beku, tapi sekarang ia telah menghangatkan tubuhnya, ia mulai hidup lagi.
Pada musim gugur burung-burung layang-layang terbang pergi ke daratan-daratan asing. Tapi ada sebagian dari mereka yang terlambat berangkat dan kemudian menjadi kedinginan sehingga mereka jatuh seolah-olah mereka mati, dan salju turun dan menutupi mereka.
Thumbelina menggigil, ia begitu takut. Burung itu sangat besar baginya, karena tubuhnya sendiri hanya setinggi satu inci. Tapi ia memberanikan diri, menumpuk bulu burung lebih dekat di sekitar si Burung layang-layang yang malang itu, mengambil selimut kecilnya sendiri dan meletakkannya di atas kepalanya.
Malam berikutnya ia merangkak keluar ke tempat Burung itu. Di sana ia berada, hidup tapi sangat lemah. Ia hanya bisa membuka kedua matanya selama sesaat dan memandang Thumbelina, yang sedang berdiri di depannya dengan sepotong kayu kawul di tangannya, karena ia tidak punya obor lainnya.
"Terima kasih, anak kecil yang manis!" kata si Burung layang-layang kepadanya. "Aku benar-benar merasa hangat. Aku akan segera kuat lagi dan akan bisa terbang keluar sekali lagi kedalam sinar matahari yang hangat."
"Oh," katanya, "di luar masih sangat dingin. Sekarang sedang bersalju dan membeku!" Tetaplah di ranjangmu yang hangat. Aku akan merawatmu!"
Kemudian ia membawakan air dalam sebuah kelopak bunga untuknya, yang ia minum. Burung layang-layang itu mengatakan kepadanya bagaimana salah satu sayapnya telah patah karena sebuah bramble sehingga ia tidak dapat terbang bersama-sama dengan burung-burung layang-lalainnyanya, yang telah terbang jauh ke daratan-daratan yang lebih hangat. Akhirnya ia jatuh karena kelelahan, dan kemudian ia tidak ingat apa-apa lagi. Selama musim dingin itu ia tetap berada di bawah sana, dan Thumbelina merawatanya dan mengobatinya dengan telaten. Ia tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini kepada si Tikus Sawah maupun si Tikus Mondok, karena mereka tidak senang dengan Burung layang-layang yang malang itu.
Begitu musim semi tiba, mata hari menghangatkan bumi lagi, si Burung layang-layang itu mengucapkan salam perpisahan kepada Thumbelina, yang membukan lobang baginya di atas yang telah di buat oleh si Tikus Mondok. Matahari bersinar dengan terangnya ke atas dirinya, dan si Burung layang-layang bertanya kepada Thumbelina apakah ia mau pergi dengannya. "Tidak, aku tak boleh pergi!" kata Thumbelina.
"Selamat jalan, gadis kecil yang baik hati," kata si Burung layang-layang, dan terbang pergi menerobos sinar matahari. Thumbelina memandangnya dengan berlinangan air mata, karena is sangat senang dengan si Burung layang-layang.
"Tweet, tweet!" Burung itu menyanyi, dan terbang kedalam hutan yang hijau. Thumbelina sangat sedih. Ia tak diijinkan keluar meinkmati hangatnya sinar matahari. Biji-bijian yang disebar di sawah di atas rumah si Tikus Sawah telah tumbuh tinggi di udara dan membuat hutan yang lebat bagi gadis kecil yang malang itu, yang hanya setinggi satu inci.
"Kau akan segera menjadi pengantin, Thumbelina," kata si Tikus Sawah suatu hari, "karena tetangga kita mengatakan bahwa ia ingin menikahimu. Betapa mujurnya seorang gadis kecil yang malang sepertimu! Sekarang kay harus mulai bekerja membuat pakaian pengantinmu sendiri, karena tak ada yang boleh kurang jika kau harus menjadi isteri tetanggaku, si Tikus Mondok itu!"
Thumbelina harus menjahit sepanjang hari, dan setiap petang si Tikus Mondok mengunjunginya dan mengatakan kepadanya bahwa bila musim panas usai matahari tak akan bersinar begitu panas. Sekarang ia membakar bumi sekeras sebuah batu. Nah, musim panas telah lewat, mereka akan mengadakan pernikahan.
Tapi ia sama sekali tidak merasa bahagia terhadap pernikahan ini, karena ia tidak senang terhadap si Tikus Mondok yang pandir itu. Setiap pagi begitu matahari terbit, dan setiap petang bila matahari terbenam, ia mencuri-curi untuk keluar dari pintu rumah, dan bila angin sepoi-sepoi memisahkan tunggak-tunggak jerami sehingga ia dapat melihat langit yang cerah lewat tunggak-tunggak tersebut, ia berpikir betapa terang dan cerahnya keadaan di luar dan sangat ingin melihat Burung layang-layangnya yang ia sayangi lagi. Tapi ia tak pernah datang. Pasti ia telah terbang jauh kedalam hutan hijau yang lebat.
Menjelang musim gugur Thumbelina telah merampungkan seluruh pakaian pengantinnya.
"Dalam empat minggu kau akan menikah," kata si Tikus Sawah, tapi Thumbelina menangis dan menyatakan bahwa ia tidak akan menikah dengan si Tikus Mondok yang jelek rupa itu.
"Jangan keras kepala, atau aku akan menggigitmu dengan gigiku yang putih dan tajam ini! Kau akan memperoleh seorang suami yang baik. Raja sendiri tidak memiliki jaket beludru semacam ini. Kamar gudang dan gudang bawah tanah penuh, dan kau akan senang karenanya."
Tibalah hari pernikahan itu. Si Tikus Mondok telah datang menjemput Thumbelina untuk hidup bersamanya dalam di bawah tanah, tidak pernah keluar ke sinar matahari yang hangat lagi, karena keluar menikmati sinar matahari yang hangat adalah apa yang tidak disukai si Tikus Mondok. Gadis kecil yang malang itu sangat sedih, karena sekarang ia harus mengucapkan selamat berpisah dengan matahari yang indah.
"Selamat tinggal, matahari yang cemerlang!" katanya sambil menangis, dengan merentangkan kedua tangannya kepadanya dan melangkah lagi keluar rumah. Sekarang padi itu telah dipanen dan hanya tinggal tunggak yang masih berdiri. "Selamat berpisah, selamat berpisah!" katanya, dan memelukkan kedua tangannya pada bunga merah yang tumbuh di sana. "Sampaikan salam sayangku pada si Burung layang-layang bila kau melihatnya!"
"Tweet, tweet!" seketika itu juga terdengar suara si Burung layang-layang di telinganya. Itu si Burung layang-layang terbang melintas! Ia merasa sangat senang begitu melihat Thumbelina. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia harus hidup menikah dengan Tikus Mondok yang jelek, karena ia harus hidup di bawah tanah di mana tidak pernah ada sinar matahari, dan selagi ia mengatakan kesedihannya ia tak kuasa menahan tangisnya.
"Sekarang musim dingin yang dingin sudah mulai tiba," kata si Burung layang-layang. "Aku harus terbang jauh ke daratan-daratan yang lebih hangat. Maukah kau pergi denganku? Kau bisa duduk di punggungku, dan kita akan terbang jauh dari si Tikus Mondok yang jelek itu dan rumahnya yang gelap, ke atas gunung-gunung ke negara-negara yang hangat. Di sana sinar matahari lebih terang daripada di sini. Di sana selalu ada musim panas dan bunga-bunga yang yang indah selalu mekar. Ikutlah aku, Thumbelina kecil sayang, yang telah menyelamatkan jiwaku ketika aku terbujur beku di terowongan yang gelap itu!"
"Ya, aku akan pergi bersamamu," kata si Thumbelina, dan memanjat di atas punggung si Burung layang-layang, dengan kaki-kakinya pada salah satu sayapnya yang terkembang. Tinggi di atas udara ia terbang, di atas hutan-hutan dan laut-laut, di atas gunung-gunung yang tinggi yang selalu tertutup dengan salju. Ketika ia merasa dingin ia merangkak di bawah bulu-bulunya yang hangat, hanya menampakkan sedikit kepalanya untuk mengagumi semua benda yang indah di dunia di bawahnya. Akhirnya mereka sampai pada daratan-daratan yang hangat. Di sana matahari lebih terang, langit kelihatan tinggi dua kali lipat, dan di pagar-pagar tanaman menggantung buah-buah anggur hijau dan ungu yang paling enak. Di kebun buah-buahan tumbuh jeruk dan lemon. Udaranya wangi dengan bau myrtle dan mint dan anak-anak kecil yang manis-manis berlari-larian dan bermain di jalan-jalan dengan kupu-kupu besar yang indah. Tapi si Burung layang-layang terus terbang lebih jauh, dan negara itu semakin indah. Di bawah pohon-pohonan hijau yang paling rindang di sisi sebuah danau nan biru berdiri sebuah benteng marmer putih yang berkilau-kilauan. Tanam-tanaman anggur merambat dari pilar-pilar dan di bagian atasnya terdapat banyak sarang burung layang-layang. Di salah satu sarang inilah tinggal si Burung layang-layang yang sedang membawa Thumbelina.
"Inilah rumahku!" katanya. "Tapi ini tidak cocok denganmu untuk tinggal bersamaku. Aku tidak cukup rapi untuk membuatmu senang. Carilah sebuah rumah untuk dirimu sendiri dalam salah satu bunga yang paling indah yang tumbuh di bawah sana. Sekarang aku akan menurunkanmu dan kau bisa melakukan apa saja yang kau suka."
"Itu akan baik sekali!" katanya, sambil bertepuk tangan. Di sana tergeletak sebuah tiang marmer putih besar yang telah jatuh ke tanah dan pecah menjadi tiga potong, tapi antara potongan-potongan ini tumbuh bunga-bunga putih yang paling indah. Si Burung layang-layang terbang turun bersama Thumbelina dan menurunkannya di atas salah satu daun yang lebar. Di sana, herannya, ia menemukan seorang laki-laki kecil mungil yang duduk di tengah-tengah bunga itu, seputih dan sebening seolah-olah ia terbuat dari kaca. Ia mengenakan mahkota keemasan yang paling indah di kepalanya dan sayap-sayap paliing indah pada kedua bahunya. Ia sendiri tidak lebih besar daripada Thumbelina. Ia adalah the spirit of flowers. Dalam masing-masing kuntum hidup seorang pria atau wanita yang mungil. Tapi ia adalah Rajanya.
"Betapa tampannya ia!" bisik Thumbelina kepada si Burung layang-layang.
 Si Raja kecil sangat ketakutan dengan si Burung Layang-layang, karena bila dibandingkan dengan tubuhnya yang hanya sekecil itu Burung layang-layang itu bagaikan seeorang raksasa. Tapi begitu melihat Thumbelina, ia sangat senang, karena ia adalah seorang gadis yang tercantik yang pernah ia lihat. Ia melepaskan mahkotanya dari kepalanya dan mengenakannya di kepala Thumbelina, sambil bertanya kepadanya apakah ia mau menjadi isterinya, dan ia akan menjadi Ratu semua bunga. Memang, ia adalah seorang suami yang berbeda dari anak laki-laki si Kodok dan si Tikus Mondok dengan jaket beludru hitamnya. Maka ia menjawab "Ya" kepada si Raja itu. Dan dari masing-masing bunga keluarlah seorang wanita atau seorang pria, begitu mungil dan manis yang merupakan kesenangan tersendiri untuk melihat mereka. Setiap orang membawa hadiah buat Thumbelina, tapi yang paling indah dari hadiah-hadiah itu adalah sepasang sayap yang indah yang mereka pasang pada punggungnya, dan sekarang ia juga dapat terbang dari satu bunga ke bunga lainnya. Mereka mengharapkan ia bahagia, dan si Burung layang-layang duduk di atas sarangnya dan menyanyikan mars pernikahan sebaik mungkin. Tapi ia merasa sedih, karena ia sangat senang dengan Thumbelina dan ia tidak ingin berpisah darinya.
"Kau tak akan dipanggil Thumbelina!" kata the spirit of the flowers. "Itu nama yang jelek, dan kau jauh lebih cantik. Kami akan memanggilmu May Blossom."
"Selamat berpisah, selamat berpisah!" kata si Burung layang-layang kecil dengan hati yang berat, dan ia terbang pergi ke daratan-daratan yang lebih jauh, jauh, jauh sekali, ke negara Denmark. Di sana ia mempunyai sebuah sarang kecil di atas jendela seseorang yang menceritakan cerita-cerita peri yang manis semacam ini. "Tweet, tweet!" ia menyanyi kepada orang itu. Dan itulah cara kita belajar keseluruhan cerita itu.
 
Sumber :  http://dongeng1001cerita.blogspot.co.id/2012/12/putri-thumbelina.html

Atlantis

Atlantis
Peta Atlantis menurut Athanasius Kircher. Pada peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.
 Atalantis,atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.
Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".
Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.
Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak memercayainya dan kadang-kadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya Francis Bacon. Atlantis juga memengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).

 https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/f/fe/Atlantis_-_Atlantis%2C_The_Lost_Continent_Finally_Found.jpg

Hipotesis lokasi

Citra satelit Santorini dari udara. Tempat ini merupakan salah satu dari banyak tempat yang diduga sebagai lokasi Atlantis.
Sejak Donnelly, terdapat lusinan-bahkan ratusan-usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.
Lokasi yang diusulkan kebanyakan berada di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis.[16] Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003.[17] A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.[18]
Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi.[19] Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.[20]
Antarktika, Indonesia, di bawah Segitiga Bermuda,[21] dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua "Kumari Kandam" yang hilang di India telah menginspirasi beberapa orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan Atlantis. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.
Lokasi yang diduga sebagai lokasi Atlantis adalah:

Sabtu, 28 Januari 2017

Dubai




Dubai 

Hasil gambar untuk gambar dubai

Dubai (dalam bahasa Arab: دبيّ, Dubaīy) adalah satu dari tujuh emirat dan kota terpadat di Uni Emirat Arab (UEA). Terletak di sepanjang pantai selatan Teluk Persia di Jazirah Arab. Kotamadya Dubai kadang-kadang disebut Kota Dubai untuk membedakannya dari emirat.
Dokumen tertulis menyatakan keberadaan kota ini selama 150 tahun sebelum pembentukan UEA. Dubai berbagi kekuasaan hukum, politik, militer dan ekonomi dengan emirat lain dalam lingkaran federal, meskipun setiap emirat memiliki yurisdiksi terhadap beberapa kekuasaan seperti penegakan hukum sipil dan pemantauan dan pembaharuan fasilitas lokal. Dubai memiliki populasi terbesar dan merupakan emirat terbesar kedua menurut luasnya, setelah Abu Dhabi. Dubai dan Abu Dhabi adalah satu-satunya dua emirat yang memiliki hak veto terhadap masalah kritis kepentingan nasional dalam Dewan Nasional Federal negara itu.Dubai telah dipimpin oleh dinasti Al Maktoum sejak 1833. Pemimpinnnya saat ini, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, juga menjabat sebagai Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA.
Pendapatan emirat berasal dari perdagangan, real estat dan pelayanan keuangan. Pendapatan dari minyak bumi dan gas alam menyumbang kurang dari 6% (2006)[8] ekonomi Dubai senilai US$37 miliar (2005). Real estat dan konstruksi, menyumbang 22.6% kepada ekonomi tahun 2005, sebelum musim konstruksi berskala besar yang berlangsung hingga sekarang. Dubai telah menarik perhatian dunia melalui proyek real estat yang inovatif dan ajang olahraga. Hal ini meningkatkan perhatian, bersamaan dengan kepentingannya sebagai hub bisnis dunia, telah juga mengangkat masalah hak asasi manusia mengenai terlibatnya banyak tenaga kerja asing.

Hasil gambar untuk gambar dubai

Etimologi

Tahun 1820-an, Dubai disebut sebagai Al Wasl oleh sejarawan Britania Raya. Tetapi, beberapa catatan yang menyebutkan sejarah budaya UEA atau emiratnya muncul karena tradisi wilayah ini untuk mencatat dan mewariskan cerita rakyat dan mitos. Asal linguistik kata Dubai juga diperdebatkan, beberapa orang percaya berasal dari bahasa Persia, sementara lainnya menganggap bahasa Arab adalah akar bahasa dari kata ini. Menurut Fedel Handhal, peneliti sejarah dan budaya UEA, kata Dubai mungkin berasal dari kata Daba (derivatif dari Yadub), yang berarti menjalar; kata ini bisa saja menjadi rujukan pada aliran Dubai Creek ke daratan.

Geografi

Peta kota Dubai
      Dubai terletak di pantai Teluk Persia di Uni Emirat Arab dan terletak 16 m di atas permukaan laut. Emirat Dubai berbagi perbatasan dengan Abu Dhabi di selatan, Sharjah di timurlaut, dan Kesultanan Oman di tenggara. Hatta, eksklave kecil emirat, dikelilingi di tiga sisi oleh Oman dan oleh emirat Ajman di (barat) dan Ras Al Khaimah (di utara). Teluk Persia berbatasan dengan pantai barat emirat. Dubai terletak di 25,2697°LU 55,3095°BT dan mencakup wilayah seluas 4.114 km² (1.588 mi²).
Dubai terletak langsung di Gurun Arabia. Tetapi, topografi Dubai sedikit berbeda dari bagian selatan UEA di mana sebagian lanskap Dubai dipenuhi pola gurun berpasir, sementara gurun berminyak mendominasi sebagian besar wilayah selatan negara ini.
 Hasil gambar untuk gambar dubai
        Dubai memiliki iklim panas dan, pada beberapa waktu, lembap (kering selama panas yang ekstrem) dengan banyak bulan mencatat temperatur di atas 40 °C. Temperatur tertinggi yang pernah tercatat di Dubai adalah 47.3 °C. Curah hujan sangat sedikit, dengan rata-rata 150mm per tahun; hujan terpusatkan sekitar Januari, Februari dan Maret. Tetapi, hujan lebat tidak umum di Dubai selama bulan musim dingin dan Januari 2008 mencatat rekor 120 mm (atau 5") curah hujan dalam 24 jam, Kelembapan rata-rata di Dubai sekitar 60% dan lebih tinggi selama bulan musim dingin.

 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Dubai