Sejarah Negara Swiss
Swiss adalah salah satu negara yang berada di kawasan Eropa Tengah.
Negara ini telah ada sejak tahun 1291 dimana pada awalnya terdiri dari
tigakanton hutan, Ury, Schwyz dan Unterwalden. Kanton sendiri merupakan
suatu wilayah atau daerah seperti negara bagian atau provinsi. Akan
tetapi pada negara ini untuk setiap kanton memiliki kedaulatannya
masing-masing. Sampai dengan akhir abad 18, kanton yang ada di Swiss
terus bertambah. Baru setelah tahun 1848 Swiss menjadi suatu negara
tunggal, setelah negara ini mengadopsi konstitusi federal, yang pada
masa sebelumnya berbentuk konfederasi dan lebih menyerupai serikat
bangsa-bangsa daripada sebuah negara tunggal.
Suku pertama yang diketahui di daerah ini adalah anggota budaya
Hallstatt dan La Tène. Budaya La Tene tumbuh dan berkembang selama Abad
Besi akhir dari sekitar tahun 450 SM, kemungkinan dengan beberapa
pengaruh dari peradaban Yunani dan Etruska. Salah satu kelompok suku
terpenting di kawasan Swiss adalah Helvetii. Pada tahun 15 SM, Tiberius
I, yang akan dicalonkan sebagai Kaisar Romawi yang ke-2, dan saudaranya
Drusus, menaklukkan Pegunungan Alpen, menggabungkan mereka ke Kekaisaran
Romawi. Daerah yang dihuni oleh suku Helvetii – yang kemudian
menurunkan nama Confoederatio Helvetica – awalnya menjadi bagian
Provinsi Gallia Belgica Romawi dan kemudian ke Germania Superior,
sementara bagian timur Swiss modern digabungkan ke Provinsi Raetia.
Di Abad Pertengahan Awal, dari abad ke-4, perpanjangan arah barat Swiss
modern menjadi wilayah Raja Burgundia. Suku Alemani menempati dataran
tinggi Swiss pada abad ke-5 dan lembah Alpen pada abad ke-8, membentuk
Alemania. Swiss modern kemudian terbagi antara Kerajaan Alemannia dan
Burgundia. Keseluruhan kawasan itu menjadi bagian Kekaisaran Frankia di
abad ke-6, menyusul kemenangan Chlodwig I atas Alemanni di Tolbiac pada
tahun 504, dan kemudian bangsa Frankia mendominasi Burgundia.
Dari tahun 561, Raja Guntram dari Merovingia, cucu Chlodwig I, mewarisi
Kerajaan Burgundia Frankia, yang membentang dari barat hampir sejauh
Sungai Rhein. Di timurnya, suku Alamanni diperintah di bawah kadipaten
nominal di Frankia, karena bangsa Frankia mengisi kekosongan akibat
menurunnya pencapaian Bizantium Romawi ke barat. Dari masa ini, bangsa
Frankia sedang mulai membentuk watak tritunggal yang akan mencirikan
sisa sejarahnya. Daerah ini secara lebih lanjut terbagi atas Neustria di
barat (yang hanya disebut sebagai Frankia pada masa itu; nama Neustria
tidak muncul dalam tulisan hingga 80 tahun kemudian), Austrasia di timur
laut dan Burgundia.
Sepanjang sisa abad ke-6 dan awal abad ke-7, kawasan Swiss berada di
bawah hegemoni Frankia, dengan bangsa Frankia yang banyak diselimuti
dengan perselisihan tentang masalah suksesi di antara sub-kerajaan
Frankia (yang para rajanya masih bertalian darah). Pada tahun 632,
menyusul kematian Chlothar II, seluruh wilayah Frankia dipersatukan
dalam masa yang singkat di bawah Dagobert I, yang disebutkan sebagai
raja terakhir Merovingia yang bisa melaksanakan tugas kerajaan. Di bawah
Dagobert I, Austrasia beragitasi untuk pemerintahan sendiri sebagai
alat menghadapi pengaruh Neustria, yang mendominasi mahkamah kerajaan.
Dagobert dipaksa oleh aristokrat Austrasia yang kuat untuk mengangkat
anaknya yang masih bayi, Sigibert III, sebagai raja bawahan Austrasia
pada tahun 633. Kelemahan pemerintahan baru itu menjadi nyata, dan
memimpin mereka yang ditundukkan oleh bangsa Frankia yang
mempertimbangkan untung-rugi pemberontakan. Setelah Sigibert III
menderita kekalahan militer di tangan Radulf, Raja Thüringen pada tahun
640, suku Alemani juga memberontak terhadap kekuasaan Frankia. Masa
kemerdekaan Allemani berikutnya berlangsung kurang-lebih hingga
pertengahan abad ke-8.
Wali Istana telah diangkat oleh Raja Frankia sebagai pejabat pengadilan
sejak awal abad ke-7 untuk bertindak sebagai penengah antara raja dan
rakyat. Namun, menyusul kematian Dagobert I pada tahun 639, dengan
pewaris mahkota yang masih balita di Neustria (Chlodwig II—berusia 2
tahun) dan Austrasia (Sigibert III—berusia sekitar 4 tahun), para
pejabat tersebut mendapatkan kekuasaan yang lebih besar, akhirnya
mengakhiri kekuasaan penguasa Merovingia, dan mengambil alih tahta
Frankia sendiri. Langkah pertama diambil oleh Wali Istana Austrasia,
Grimoald I, yang meyakinkan Sigibert III yang tak beranak untuk
mengadopsi puteranya sendiri Childebert si Anak Pungut sebagai pewaris
tahta.
Di saat yang sama di istana Neustria, Wali Istana Erchinoald, dan
penggantinya, Ebroin, juga bertambah kekuasaannya di belakang Chlodwig
II, dan penggantinya Chlothar III. Ebroin mempersatukan kembali Kerajaan
Frankia dengan mengalahkan dan mendepak Childebert (dan Grimoald) dari
Austrasia pada tahun 661.
Putera bungsu Chlothar III, Childerich II ditabalkan sebagai Raja
Austrasia, dan bersama-sama mereka memerintah negeri. Ketika Chlothar
III meninggal pada tahun 673, Childerich II menjadi raja seluruh negeri,
berkuasa dari Austrasia, hingga saat ia dibunuh 2 tahun kemudian oleh
anggota elit Neustria. Setelah kematiannya, Theuderich III, putra
Chlodwig II, naik tahta, berkuasa dari Neustria. Ia dan wali istananya
Berchar, menyatakan perang atas Austrasia, yang dikuasai oleh Dagobert
II, putra Sigibert III, dan Pippin dari Heristal (Pippin II), Wali
Austrasia. Theuderich and Berchar dikalahkan oleh Pippin dalam
Pertempuran Tertry (687), yang setelah itu Pippin diangkat sebagai
satu-satunya Wali segenap bangsa Frankia, menyatakan diri sebagai
Adipati dan Pangeran segenap bangsa Frankia. Pippin adalah hasil
perkawinan 2 wangsa yang kuat; Wangsa Pippin dan Arnulf. Kemenangannya
di Tertry menandai akhir kekuasaan Merovingia.
Pippin kembali merasakan kemenangan militer dalam kampanye membawa
kembali bangsa Frisia di pesisir utara Eropa kembali ke kontrol bangsa
Frankia. Antara tahun 709-712, ia berperang dalam kampanye serupa
terhadap Alemanni, termasuk yang di perbatasan Swiss sekarang, dan
berhasil mendudukkan lagi penguasa Frankia, yang pertama sejak
pemberontakan Alemanni pada tahun 640. Namun, kendali bangsa Frankia
atasnya dan daerah sekitar lainnya hilang ketika perang perebutan tahta
di antara bangsa Frankia meletus menyusul kematian Pippin pada tahun
714.
Perang tersebut merupakan kelanjutan dari persaingan Neustria-Austrasia
yang tak berakhir. Putera Pippin yang lahir di luar nikah, Karl Martell
(anak dari kekasih Pippin Chalpaida), telah dinyatakan sebagai Walikota
Austrasia oleh bangsawan Austrasia bertentangan dengan janda Pippin,
Plektrudis, yang lebih memilih cucundanya Theudoald yang berusia 8
tahun, untuk diangkat. Neustria menyerang Austrasia di bawah Chilperich
II yang telah diangkat oleh rakyat Neustria tanpa persetujuan bangsa
Frankia lainnya. Titik balik perang terjadi di Pertempuran Ambleve,
ketika Karl Martell mengalahkan pasukan bangunan Neustria dan Frisia di
bawah Chilperich II dan Walikota Raganfrid dengan menggunakan siasat
yang jitu dan tak biasa. Karl menghantam ketika pasukan Neustria sedang
berbaris pulang setelah kemenangan di Köln atas Plektrudis dan anaknya
Theudoald.
Dari tahun 717, Karl telah menegaskan keunggulannya, dengan kemenangan
atas Neustia dalam Pertempuran Vincy, kemudian mengawali kekuasaan
Karolingia atas Kekaisaran Frankia.
Setelah tahun 718, Karl, yang merupakan komandan yang ulung, memulai
serangkaian perang untuk memperkuat dominasi bangsa Frankia atas Eropa
Barat, yang termasuk membawa kembali bangsa Alemannia ke bawah hegemoni
bangsa Frankia, dan malah, pada tahun 720-an, memaksa beberapa unsur
Alemannia ikut serta dalam perangnya terhadap tetangga mereka di timur,
Bayern.
Namun, Alemania tetap gelisah, dengan Adipati Lantfrid di akhir 720-an,
mengungkapkan kemerdekaan dengan mengeluarkan revisi hukum bangsa
Alemania. Karl menyerang lagi pada tahun 730 dan menaklukkan bangsa
Alemania dengan senjata.
Karl mungkin banyak dikenal karena menghentikan gerak maju bangsa Arab ke Eropa Barat dalam Pertempuran Tours pada tahun 732.
Ketika Karl meninggal pada tahun 741, dominion atas Frankia terbagi
antara kedua putranya dari pernikahan pertama, yakni Pippin si Cebol dan
Karlmann. Karlmann diberikan Austrasia, Alemania dan Thüringen,
sementara Pippin mengambil kendali atas Neustria, Provence dan Burgundia
(termasuk Swiss Barat sekarang).
Dari tahun 743, Karlmann bersumpah untuk menegakkan kendali yang lebih
besar atas Alemania, dan akhirnya mengakibatkan penangkapan, penahanan,
dan eksekusi beberapa ribu bangsawan Alemani dalam pengadilan berdarah
di Cannstatt, 746.
Karlmann mundur ke biara pada tahun 747, meninggalkan Pippin mendapatkan
tahta Frankia (setelah pemungutan suara di kalangan bangsawan) pada
tahun 751. Lebih lanjut, Pippin memperkuat kedudukannya dengan membentuk
sebuah persekutuan, pada tahun 754, dengan Paus Stefanus II, yang
kemudian sepenuhnya datang ke Paris untuk memberikan upacara perminyakan
suci atasnya sebagai raja di Basilika St. Denis. Pada gilirannya,
Pippin menundukkan Lombardia dan memberi sumbangan untuk Keeksarkaan
Ravenna dan menduduki daerah sekitar Roma untuk gereja. Ini merupakan
titik balik dalam sejarah Gereja Katolik Roma dan Eropa Barat, karena
kemudian memberi pertanda pada peristiwa di bawah Charlemagne yang
menuju pembentukan Kekaisaran Romawi Suci. Dinyatakan bahwa Paus
Stefanus II menangguhkan Sumbangan Konstantinus yang dipalsukan selama
perundingannya dengan Pippin. Sumbangan itu merupakan titah kekaisaran
yang dipalsukan untuk diakui dikeluarkan oleh Konstantinus untuk
menghadiahi dominion kepada Paus Silvester I dan semua penggantinya atas
daerah yang tak hanya Kekaisaran Romawi Barat, namun juga semua bagian
Yudea, Yunani, Asia, Trakia, dan Roma.
Pada saat kematian Pippin pada tahun 768, Kekaisaran Frankia diwariskan
kepada putranya Charlemagne dan Karlmann I. Karlmann menarik diri ke
biara dan meninggal tak lama setelahnya, meninggalkan Karl, kemudian
dikenal sebagai Charlemagne yang legendaris, sebagai penguasa Frankia
satu-satunya. Charlemagne mengembangkan kedaulatan Frankia untuk
memasukkan Sachsen, Bayern, dan Lombardia di Italia Utara dan ia
mengembangkan kekaisarannya ke daerah Austria sekarang dan sebagian
Kroasia. Ia menawari janji perlindungan Frankia yang terus-menerus
kepada Frankia, dan ia memperlakukan biara sebagai pusat pembelajaran.
Charlemagne kemudian muncul sebagai pemimpin Kristen Barat.
Dari tahun 1200, dataran tinggi Swiss terdiri atas dominion Wangsa
Savoia, Zähringer, Habsburg dan Kyburg. Ketika Wangsa Kyburg jatuh pada
tahun 1264, Habsburg di bawah Raja Rudolf I (menjadi kaisar pada tahun
1273) memperluas daerah kekuasaannya ke dataran tinggi Swiss.
FAKTA MENARIK NEGARA SWISS
- Swiss dikenal sebagai negara netral di dunia, namun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat.
- Swiss adalah negara pertama dan satu – satunya yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi langsung, yang melibatkan inisiatif konstitusional dan referendum.
- Swiss memiliki 26 Kanton, yang mana masing – masing bertindak sebagai sebuah negara, dengan konstitusi, legislatif, pemerintahan sendiri dan pengadilan.
- Majelis Fedral Memilih tujuh orang untuk menjadi “pemerintah”. Ketujuhnya berstatus menteri, mengepalai departemen, dan salah satunya menjadi presiden selama satu tahun secara bergantian.
- Swiss adalah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen.
- Ibukota negara Swiss bernama Bern.
- Kota Zurich merupakan kota terbesar di negara Swiss dan dinobatkan sebagai kota yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia pada tahun 2006 dan 2007.
- Kota Jenewa di negara swiss menjadi lokasi berbagai badan internasional seperti PBB, WHO, ILO, Sn INHCR.
- Bahasa resmi negara Swiss ada empat, yaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh.
- Nama Swiss dalam bahasa latin, Confoederatio Hevetica yang berarti konfederasi Helvetika.
Sumber : http://pandri-16.blogspot.co.id/2016/05/sejarah-awal-dibangunnya-negara-swiss.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar