Sabtu, 04 Februari 2017

Tiga Babi Kecil dan Serigala

TIGA BABI KECIL dan SERIGALA ( Perrault )

Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya. Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja dan kerjanya hanya makan. Anak bungsunya tidak seperti kakaknya, ia anak yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu Babi berkata kepada anak- anaknya, “Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup mandiri dan buatlah rumah masing-masing”. Si bungsu berpikir rumah seperti apa yang akan didirikannya. Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari jerami. 
Si bungsu berkata, “Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan”. 
“Oh iya ya! Kalau begitu aku akan membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada angin”, kata
si tengah. 
Setelah selesai si bungsu kembali berkata, “kalau Rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur jika dipukul”. 
Sikakak menjadi marah, “Kau sendiri lambat membuat rumah dari batu batamu itu, jika hari telah sore serigala akan datang.”

Si bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu-bata yang kuat yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada saat bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke rumah ibu Babi. 
“Hebat anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri”, ujar Ibu Babi. 
Kedua kakak si bungsu menggerutu. “Tidak ah, cape!,” gerutu mereka.

Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba seekor serigala membuntuti mereka.
 “Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah jerami itu”, kata serigala. 
Ketika sampai di depan pintu si sulung ia langsung menendang pintu.  “Buka pintu!” teriaknya. 
Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur. 
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala
mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan karena ketakutan. Keduanya langsung lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu.
“Cepat kunci pintunya!, nanti kita dimakan”, kata si sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. “Tak usah khawatir, rumahku tidak akan goyah”, kata si bungsu sambil tertawa. 
Ketika serigala sampai, ia langsung menendang, mendobrak berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala akhirnya menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat itu, ketiga
anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah datang lagi. Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul disana. Anak-anak babi langsung naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak dapat memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, lalu ia berteriak, “Serigala, kaupasti lapar. Apakah kau mau apel?”, si bungsu segera melempar sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan langsung mengejar apel yang menggelinding.
“Sekarang ayo kita lari!”. Akhirnya mereka semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala datang ke rumah si bungsu dengan membawa tangga yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu berteriak, “Cepat nyalakan api di tungku pemanas!”. Si sulung menyalakan api, si bungsu membawa kuali yang berisi air panas. Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak tertahankan. 
Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke dalam air yang mendidih. “Waa!”, serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang. Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan baik, dengan mengelola ladang-ladang mereka. Si sulung dan si tengah sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu babi merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar